Monday, January 28, 2008

Menyegerakan Pek...

Menyegerakan Pekerjaan

Khoirurrijal S.Ag, M.A.*

Suatu kebiasaan buruk yang harus dijauhi oleh seorang Muslim adalah menunda pekerjaan. Orang yang suka menunda pekerjaan (procrastinator), selalu beranggapan masih ada hari esok untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya bisa ia kerjakan hari ini.

Procrastinator akan merugi nantinya, disebabkan banyaknya pekerjaan yang tertumpuk dan banyaknya waktu yang terbuang sia-sia. Ia tidak menyadari bahwa tidak ada jaminan baginya untuk dapat bertemu dengan hari esok.

Umur dan kesempatan seseorang itu ada batasnya, maka sebagai seorang Muslim hendaknya senantiasa membiasakan diri dan berusaha menyegerakan amal shalih, serta senantiasa meninggalkan sifat menunda pekerjaan sepanjang kesempatan masih ada. Dalam sebuah ungkapan disebutkan: “Lâ tu`akhkhir ‘amalaka ilal ghad, mâ taqdiru an ta’malahul yaum” (Jangan kamu tunda pekerjaanmu hingga hari esok selama kamu bisa mengerjakannya hari ini).

Termasuk dalam lingkun ungkapan ini adalah larangan untuk menunda memohon ampunan dari Allah SWT. Karena Allah berfirman: ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS Ali 'Imran/3: 133-136)

Dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW bersabda: ”Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara; masa mudamu sebelum tuamu, masa hidupmu sebelum matimu, masa luangmu sebelum sibukmu, masa sehatmu sebelum sakitmu, dan masa kayamu sebelum miskinmu.” (HR Hakim)

Dalam hadits lain beliau bersabda: ”Bersegeralah kalian melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, di mana ada seseorang pada waktu pagi beriman tetapi pada waktu sore ia menjadi kafir, pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia telah kafir. Ia rela menukar agamanya dengan satu kesenangan dunia.” (HR Muslim)

Firman Allah SWT dan sabda Rasullullah SAW tersebut mengandung pesan kepada kita agar kita senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Dan jangan membuat waktu berjalan sendiri tanpa arti. Masih ingatkah kita dengan kata-kata mutiara: “Hidup sekali, hiduplah yang berarti”, ”Al-wakt atsmanu minadz-dhahabi” (Waktu itu lebih berharga daripada emas), ”Al-waktu kas-saif” (Waktu itu bagaikan pedang), dan ”The time is money” (Waktu adalah uang).

Ini semua menunjukkan betapa tinggi penghargaan kita kepada waktu yang Allah SWT anugerahkan kepada kita sebagai amanat. Bertambahnya umur seseorang, berarti berkurangnya jatah waktu yang Allah SWT berikan kepada kita. Dan nanti di akhirat kita semua akan dimintai pertanggungjawaban terhadap waktu umur yang Allah SWT berikan kepada kita untuk apa digunakan.

Setidaknya ada eda enam alasan mengapa kita senantiasa menyegerakan amal shalih dan tidak menunda untuk mengakhirkannya: Pertama, kita tidak dapat menjamin untuk hidup pada hari esok. Kedua, kita tidak dapat menjamin masih diberi nikmat kesehatan pada hari esok. Ketiga, Kesempatan itu belum tentu datang untuk kedua kalinya. Keempat, kita tidak dapat menjamin memiliki waktu luang seperti hari ini. Kelima, menunda pekerjaan yang baik menyebabkan seseorang terbiasa melakukannya, sehingga kemudian menjadi suatu kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan. Keenam, menunda pekerjaan merupakan awal dari timbulnya permasalahan. Apalagi, jika pekerjaan itu merupakan suatu kebaikan.

Waktu berjalan sesuai dengan Sunatullah. Detik menjadi menit, menit menjadi jam, dan jam menjadi hari, begitu seterusnya. Siang dan malam pun datang silih berganti. Allah SWT berfirman: ”Dan Dialah yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS al-Furqan/25: 62)

Mensyukuri nikmat Allah SWT dalam hal ini bisa dalam bentuk memanfaatkan waktu dan kesempatan yang telah Dia anugerahkan. Janganlah kita terbiasa menyia-nyiakan waktu yang ada, karena waktu yang telah lewat tidak akan kembali, dan kesempatan yang ada sekarang belum tentu datang untuk kedua kalinya, akhirnya diri kita sendiri pun merugi. Maka bersegeralah, tunggu apa lagi, berbuat baik jangan ditunda. Wallâhu a'lam bish-shawâb.

* Alumni KMI, Kandidat Doktor Universitas Moulay Ismail Meknes Maroko, Peneliti dan Dosen STAIN Metro, Lampung.

Diposting di : http://majalahgontor.co.id/Read.asp?l=0&p=200712&g=%7B4C9D6E66-A1F9-4C59-A53F-B59C60A7D5B0%7D&id=%7BC833C705-53D5-45D4-BBAD-84E3DA9E5D40%7D