Friday, March 6, 2009

SIFAT-SIFAT ROSULULLAH SAW DAN PARTISIPASI DALAM PESTA DEMOKRASI

KHUTBAH JUM’AT

SIFAT-SIFAT ROSULULLAH SAW DAN PARTISIPASI DALAM PESTA DEMOKRASI

Oleh : Khoirurrijal, MA

Disampaikan di KBRI Rabat, Jum’at 10 Rabi’ul Awwal 1430 H/6 Maret 2009 M.

الحمدلله، الحمدلله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحقّ ليظهره على الدّين كله وكفى بالله شهيدا. وإنّ الله سبحانه وتعالى ما اتّخذ صاحبة ولا ولدا. أشهد أنّ لااله إلا الله لآ أشرك به أحدا.وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله المبعوث إلى سائر الأ مة شفاعة لهم. اللهم صلى وسلّم على محمّد وعلى آله وصحبه الذّين اتبعوا دينه مخلصين له أبدا. (امّا بعـد) فيا أيهاالناس. اتّقوا الله عندما اشتهرت بأنّ هذ الشّهر شهر شريف. ينهضّ قلوب الأمّة إلى معرفة أسرار وحكاية شريفة. قال الله تـعالى. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وقال أيضا: قل إن كنتم تحبّون الله فاتّبعونى يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم. والله غفور الرّحيم.

Marilah kita pupuk keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan kepada Rasulullah SAW dengan jalan tetap menjaga dan menjalankan segala perintah–Nya dan menjauhi larangan–Nya, berakhlakul karimah, senantiasa beramar ma’ruf nahi mungkar dengan penuh kasih sayang.

Dalam suasana Maulid Nabi Besar Muhammad Saw di Bulan Rabiul Awwal 1430 H ini, dan dalam menyongsong Pesta demokrasi 9 April 2009 nanti, khutbah jum’at kali ini akan mengambil judul/tema : SIFAT-SIFAT ROSULULLAH SAW DAN PARTISIPASI DALAM PESTA DEMOKRASI

HADIRIN SIDANG JUM’AH RAHIMAKUMULLAH


Di alam demokrasi setiap muslim dapat memperoleh kesempatan untuk melakukan sikapnya terhadap fenomena kehidupan di lingkungannya, jika fenomena tersebut merupakan sebuah kebaikan maka ia membela dan menyuarakan kebaikan tersebut lewat media kebebasan berpendapat dalam alam demokrasi. Jika fenomena di lingkungannya berupa kemungkaran maka dia juga memperoleh peluang untuk berpartisipasi mencegah kemungkaran tersebut agar tidak menyebar dan merajalela di tengah masyarakat.


Dalam Islam mencegah kerusakan dan melawan kezhaliman adalah bentuk jihad fi sabillah. Kisah-kisah al-Qur'an tentang para tirani penguasa lalim diungkapkan untuk maksud agar setiap muslim mampu menentang sepak terjang mereka dan membenci kezhaliman dengan cara memberikan bantuan dan pembelaan terhadap kaum tertindas. Sementara merubah kemungkaran merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sebagaimana firman Allah SWT: "

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ بَنِيْ إسْرَائِيْلَ عَلَى ِلسَانِ دَاوُوْدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ، ذلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ. كَانُوْا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ، لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ. (المائدة : 78-79)

Artinya : Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q. S. Al-Maidah : 78-79)

Dalam Surat lainnya, Allah berfirman :

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ. وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ اْلكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ، مِنْهُمُ اْلمُؤْمِنُوْنَ وَأَكْثَرُهُمُ اْلفَاسِقُوْنَ (آل عِمْرَان : 110)

Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Ali Imron : 110)

HADIRIN SIDANG JUM’AH RAHIMAKUMULLAH


Namun masyarakat muslim bisa saja berbeda dalam menyalurkan aspirasi keislamannya, sebagian dalam wadah legal formal berupa organisasi massa, sebagian lagi lewat organisasi politik; perbedaan tersebut merupakan dinamika pemikiran dalam Islam dapat menjadi rahmat dan nikmat jika perbedaan itu disikapi dengan cara-cara yang etis dan bermoral tanpa memojokkan orang lain, sebagaimana bisa menjadi laknat, jika perbedaan itu malah menimbulkan keresahan dan konflik (furqoh) antara umat Islam itu sendiri.


Dr. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya Fiqh Daulah menyimpulkan, bahwa multi partai dalam politik sama dengan ragam mazhab dalam fiqih. Bagi umat Islam hendaknya keorganisasian politik tersebut mengacu kepada prinsip-prinsip Islam yang benar dan untuk kemaslahatan umat pada umumnya.


HADIRIN SIDANG JUM’AH RAHIMAKUMULLAH

Bagaimanakah sifat Rasulullah dalam kepemimpinannya ? Apakah sifat Rasulullah SAW dalam kepemimpinannya kaitannya dengan partisipasi umat Islam dalam PEMILU 2009 nanti ?


Dalam surat Al-Taubah ayat 128 Allah Ta’ala mensifati Nabi Muhammad SAW. dengan beberapa sifat yang kesemuanya merupakan penggambaran akan besarnya kasih sayang beliau, ayat itu berbunyi sebagai berikut :


لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكٌمْ عَزِ يْزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ ( التوبة : 128)

Artinya : “Benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalian sendiri, yang terasa berat baginya penderitaan kalian, penuh perhatian terhadap kalian, dan terhadap orang-orang mukmin sangat pengasih lagi penyayang.”


Dalam ayat itu disebutkan bahwa; Rasulullah SAW. adalah orang yang “Aziezun ‘Alaihi Maa ‘Anittum”, yang merasakan betapa berat melihat penderitaan kaumnya dan “Hariesun ‘Alaikum”, yang sangat mendambakan keselamatan kaumnya; dan “Rauufur Rahiem”, pengasih lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.


Jadi kasih sayang Allah yang mewujud di dalam firman–Nya, perintah dan larangan–Nya, dalam semua ajaran–Nya, Nabilah yang membawanya, melalui kepribadiannnya yang pengasih dan penyayang ke dalam kehidupan umat manusia, atau boleh juga dikatakan; apabila Islam merupakan kasih sayang Allah, maka Nabi Muhammad SAW merupakan “bentuk nyata” dari Islam itu sendiri.


HADIRIN JAMA’AH YANG BERBAHAGIA


Lebih nyata lagi; semua anjuran, perintah dan perilaku terpuji dalam Al Qur’an seperti : Taqwa, amal saleh, menegakkan kebenaran, memerangi kelaliman, membela kaum lemah, adil, berbudi, jujur, berkata benar, amar ma’ruf nahi mungkar dan seterusnya. Nabi Muhammad lah yang pertama-tama secara Istiqomah melaksanakannya. Dan, semua larangan, pantangan, dan hal-hal buruk yang dikecam Al Qur’an seperti syirik, mengkufuri nikmat, membunuh, mencuri, zina, kikir, dengki, tamak, serakah, berdusta, menghina sesama, dan hal-hal lain yang merendahkan martabat kemanusiaan. Nabi Muhammad lah yang pertama-tama dan secara istiqomah menjauhinya.


Maka tidaklah aneh, apabila kemudian sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW begitu ditaati dengan sebab kasih sayangnya, bukan karena terpaksa. Mengapa demikian? Sebagai pemimpin beliau menganjurkan, tapi sekaligus mencontohkan pengamalan anjurannya. Beliau yang melarang dan mencontohkan menjauhi larangannya. Sudah sedemikiankah sikap para tokoh agama dan pemimpin kita? bila jawabannya belum, janganlah berharap banyak, atas terwujudnya “ketaatan” dari yang dipimpinnya.


Pada waktu perang Khondak misalnya, kesediaan para sahabat sekalipun dalam keadaan yang sulit, lapar dan dahaga, dibawah terik matahari, mereka menggali parit atas perintah nabi, dengan penuh semangat. Ini tentu juga disebabkan oleh karena sang pemimpin tidak sekedar memerintah, melainkan ikut bahkan mengawali, mencontohkan bahkan ikut membantu pelaksanaan perintahnya itu.


HADIRIN SIDANG JUM’AT RAHIMUKUMULLAH


Pada ayat lain yang ditujukan kepada Nabi, Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya ; QS. Ali Imran :159 :


فَبِمَا رَحْـَمةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ. وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غلَـِـيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ. فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى اْلأَمْرِ. فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ. إنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُتَوَكِّلِيْنَ . (ال عِمْرَان : 159)

Artinya : “Maka dengan rahmat dari Allah, engkaupun lemah lembut terhadap mereka – umatku. Sekiranya engkau keras dan berhati kasar, niscaya mereka akan lari dari padamu. Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan ini (urusan perjuangan dan urusan duniawi lainnya). Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekadmu maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya”.


Dari kepribadian Rasulillah Saw inilah, bagi para pewarisnya, dan kaum muslimin yang beriman diharapkan dapat meneruskan dan membawa kasih sayang illahi itu kepada semesta alam. Bukankah Allah sendiri berfirman kepada Nabi Muhammad SAW :


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَا تَّبِعُوْ نِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُـْم . وَاللهُ غَفُـوْرٌ رَّحِـيْمٌ.

Artinya : “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah jejakku; niscaya Allah mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran : 31)

HADIRIN SIDANG JUM’AT RAHIMUKUMULLAH


Wujud cinta kita kepada Rasulullah adalah dengan mengikuti apa yang disabdakan :


Rasulullah saw memberikan kriteria pemimpin dalam Islam dalam sabdanya: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, mereka yang kalian hubungkan silaturahimnya dan mereka juga menghubungkan silaturahim kepada kalian….." (HR Muslim).


Hadits tersebut memberikan pemahaman implisit kepada kita, bahwa hendaknya kita memilih seorang pemimpin yang memiliki motivasi bersih dan sikap peduli. Rakyat tentunya tidak mengangkat orang yang tidak disukai dan tidak pula memilih system yang tidak diinginkan. Bahkan mereka berhak mencopot dan mengganti pemimpin yang melakukan kesalahan fatal dalam negara.


Bila hal itu dikaitkan dengan PEMILU, maka Pemilu (Pemilihan Umum) adalah salah satu bentuk dan system praktis dari konsepsi demokrasi sebagaimana bentuk-bentuk dan system yang lain seperti meminta pendapat rakyat, ketetapan mayoritas, multi-partai, kebebasan pers dst.
PEMILU ibarat sebuah kesaksian kelayakan yang diberikan kepada kandidat; maka pemilih harus memenuhi syarat sebagai saksi antara lain: adil, diridhoi perilkunya (baca: QS ath-Thalaq: 2 dan 2: 282). Memilih kandidat tanpa standar pemilihan (membeli kucing dalam karung) adalah serupa dengan memberikan persaksian tidak benar dalam kepemimpinan. Maka memilih kandidat yang tidak layak adalah perbuatan dosa karena ia memberikan saksi palsu (QS. Al-Hajj: 30).
Demikian pula motivasi memilih yang salah mengakibatkan bencana bagi para pemilih itu sendiri ( baca: QS. ath-Thalaq: 2 ). Motivasi salah tersebut seperti: menerima suap, memilih karena saudara atau karena kawan dekat dsb, bukan karena kriteria yang semestinya sebagai calon pemimpin dan negarawan sejati.


Seorang muslim jika dimintai persaksiannya, maka ia harus memberikan kesaksian yang benar (baca: QS al-Baqarah: 282-283); maka hendaknya setiap muslim merenung akibat dari ketidakikutannya dalam pemilihan umum. Untuk itu, marilah kita sukseskan PEMILU tanggal 9 April nanti dengan memilih pemimpin yang benar-benar memiliki motivasi bersih dan peduli rakyat.

Demikianlah khutbah sungkat kali ini, mudah-mudahan, kita bisa istiqomah mengikuti apa yang telah di ajarkan nabi Muhammad Saw, dan kita berdoa semoga para pemimpin-pemimpin kita dapat memberikan keteladanan seperti yang telah di ajarkan Nabi Muhammad Saw. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِىْ وَإِ يَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ إِنَّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَؤُوْفٌ رَّحِـْيمٌ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

No comments: