Friday, August 17, 2007

HUTRI KE-62

REFLEKSI 62 TAHUN

KEMERDEKAAN INDONESIA

[MAKNA KEMERDEKAAN DAN KEPEMIMPINAN BANGSA]

Oleh : Khoirurrijal, S.Ag, M.A.*

* Kandidat Doktor Di Universitas Moulay Ismail Meknes Maroko, Peneliti dan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro Lampung.

Bagi yang lupa, saya ingatkan bahwa bulan Agustus tahun ini negara RI akan memperingati ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan RI. Paling tidak, heningkan cipta barang sejenak pada saat detik-detik Proklamasi karena tanpa proklamasi itu mungkin saat ini kita tidak bisa menikmati atau mengkritisi arti dan makna kemerdekaan itu sendiri.


Sudah 61 tahun lebih Indonesia merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 disaat Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dunia Internasional mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka sejak saat dibacakan proklamasi itu hingga saat ini.

Ada kesan, di hari kemerdekaan kita sekarang ini yang tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2007, kita seluruh bangsa indonesia akan memperingati 62 tahun kemerdekaannya. Sebagai warga negara Indonesia kita tentu saja akan memaknai makna kemerdekaan yang sudah kita rasakan itu.

Makna kemerdekaan


Mungkin ada yang merasa kita sudah merdeka. Yah, kita memang sudah merdeka dari belenggu penjajahan. Akan tetapi, apakah kita benar-benar sudah merdeka?

Dalam tulisan ini saya mengingatkan kepada seluruh putra putri bangsa, bahwa sesungguhnya kita sebagai sebuah bangsa tidak pernah MERDEKA dalam arti yang seutuhnya. Meminjam istilah Tan Malaka, "MERDEKA 100%".

Memang kita tidak lagi dijajah secara fisik, namun dijajah pada kesadarannya, karena Neo Kolonialisme Imperialisme (NEKOLIM) tidak lagi menjajah secara fisik seperti jaman dulu sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang, akan tetapi mereka sekarang menjajah dengan cara SOCIAL CHANGING (perubahan sosial) dengan merubah nilai paradigma sosial budaya serta merubah LIFE STYLE (pola dan gaya hidup). Ini dilakukan paling tidak melalui empat macam propaganda:

Pertama: Melalui propaganda pendidikan. Itu sebabnya mengapa pendidikan kita begitu buruk dan sangat tertinggal?

Kedua: Melalui propaganda media, baik cetak maupun elektronik. Propaganda melalui media ini dianggap sangat cepat dan lebih efisien dalam mempengaruhi pola dan gaya hidup putra-putri bangsa.

Ketiga: Melalui propaganda budaya, seperti: film-film Hollywod, sinetron-sinetron dan telenovela-telenovela yang menyajikan kehidupan yang glamour dan borjuis serta melalui budaya musik seperti: musik-musik barat yang memunculkan artis-artis menjadi idola dan model yang ditiru oleh ABG-ABG yang dapat mempengaruhi putra-putri bangsa dengan nilai-nilai liberal yang sangat hedonis-materialistis dimana tentunya sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya kita yang sangat luhur.

Keempat: melalui propaganda pasar, secara sosial bangsa ini dipropagandakan untuk menjadi pasar, baik tenaga kerja maupun konsumen barang dan jasa bagi kepentingan KAPITALISME GLOBAL (baca NEKOLIM) yang pada akhirnya akan di trade off dengan semua kekayaan alam yang kita milki. Semua benchmark atau ukuran serta standard hidup dicetak dalam sebuah blue print untuk memuluskan agenda-agenda KAPITALISME mereka. Bangsa ini sedang dipersiapkan untuk menjadi BANGSA BUDAK yang akan dengan senang hati melayani perintah tuan-tuannya kaum NEKOLIM.

Ini yang mereka sebut dengan KAPITALISME HUMANIS atau kaum sosialis kompromis mengatakannya sebagai SOSIALISME DEMOKRAT. Keduanya ibarat dua sisi dalam satu keping mata uang. Di Inggris, mereka menyebutnya sebagai THE THIRD WAY yang dipelopori oleh Anthony Giddens.

Dari pertemuan di Davos Swiss tahun 1996 mereka merumuskan perlunya segera untuk mewujudkan penguasaan dunia sesegera mungkin. Untuk itu, perlu segera disosialisasikan issue-issue untuk memuluskan agenda-agenda mereka. Issue-issue tersebut adalah : HAM, DEMOKRATISASI, KKN, GENDER dan LIBERALISASI PERDAGANGAN.

Kalau kita melihat apa yang terjadi di Republik Indonesia tercinta sekarang ini tidak lebih adalah bagian dari agenda-agenda KAPITALISME GLOBAL tersebut. Itu sebabnya kita perlu menyadari bahwa sesungguhnya kita BELUM MERDEKA sebagai sebuah bangsa.

Oleh karena itu untuk memperbaiki hal-hal tersebut di atas hendaknya peran serta seluruh putra putri bangsa Indonesia dan kepemimpinan bangsa yang handal sangat diperlukan.

Kepemimpinan bangsa

Dalam usia ke-62 kemerdekaan, NKRI sedang bergulat mengatasi aneka problem kompleks karena semua ruang kehidupan publik telah goyah tergerus korupsi. Akibatnya, kesenjangan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, dan agama kian tajam dan keadilan kian jauh. Dalam situasi demikian, NKRI memerlukan kepemimpinan bangsa yang handal. Bila tidak, bangsa ini akan semakin sulit dapat keluar dari krisis multidimensi.

Kepemimpinan yang handal adalah kepemimpinan yang dapat dihandalkan untuk mengatasi aneka problem kompleks, yang paling tidak meliputi tiga aspek yakni :

Pertama : aspek moral, kepemimpinan bangsa yang handal secara moral adalah terwujudnya keteladanan hidup yang nyata yang ada dalam perilaku hidup seorang pemimpin. Bila pemimpin tidak bisa menjadi sumber keteladanan hidup bagi rakyatnya, maka kehidupan rakyat akan mengalami kekacauan yang kompleks, standar nilai-nilai moralitas tidak jelas, baik dan buruk ditentukan oleh permainan kekuasaan.

Dalam situasi krisis moralitas, rakyat tidak akan berdaya mengatasinya sendiri, dan akan mengakibatkan terjadinya kekacauan, konflik, dan kejatuhan. Sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan, eksistensi suatu bangsa ditentukan moralitasnya. Kejatuhan moralitas membuat suatu bangsa kehilangan kepribadian dan tidak mampu menghadapi perubahan.

Kedua : Aspek intelektual, kepemimpinan bangsa yang handal secara intelektual adalah kemampuan seorang pemimpin merumuskan dengan jelas masa depan kehidupan bangsa yang ideal yang hendak dicapai. Kemampuan dalam aspek intelektual seorang pemimpin amat diperlukan guna menghadapi tantangan dan perubahan yang akan selalu muncul dalam setiap tahap perkembangan kehidupan bangsanya. Selain itu, di saat-saat sulit, aspek kemampuan intelektual seorang pemimpin segera dapat mencerahkan bangsanya karena kemampuannya melihat persoalan secara jernih sehingga dapat menemukan jalan keluarnya secara cerdas. Tidak gemar berkeluh kesah dan menyalahkan orang lain apalagi menyudutkannya. Kecerdasannya dapat menuntun untuk bersikap arif dan bijaksana sehingga menyejukkan kehidupan rakyatnya.

Ketiga : Aspek manajerial, kepemimpinan yang handal secara manajerial adalah kemampuan pemimpin mengaktualisasikan gagasannya dalam realitas kehidupan secara nyata, tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu mewujudkan apa yang dikatakan menjadi kenyataan. Satunya kata dengan perbuatan. Seorang pemimpin tidak hanya pandai mengorganisasi gagasannya secara efektif, tetapi juga dapat membangun sistem jaringan kerja sama yang produktif. Seorang pemimpin harus mampu membangun sistem manajemen yang baik dan sehat sehingga siapapun yang masuk sistem itu, dengan sendirinya akan bekerja dengan baik, dinamis, dan produktif untuk kepentingan rakyat yang lebih besar, bukan sebaliknya.

NKRI akan dirundung malang jika kepemimpinan bangsa amat lemah, baik dalam aspek moral, intelektual, maupun manajerial. Akibatnya, perilaku elite politik kian tidak dapat dikendalikan, kehidupan rakyat kian terpuruk oleh berbagai konflik kekerasan berkepanjangan.

Penutup

Di usia ke-62 kemerdekaan ini, NKRI sedang bergulat mengatasi aneka problem kompleks, dan Kalau kita melihat apa yang terjadi di NKRI tercinta sekarang ini tidak lebih adalah bagian dari agenda-agenda KAPITALISME GLOBAL dengan Issue-issue : HAM, DEMOKRATISASI, KKN, GENDER dan LIBERALISASI PERDAGANGAN. Akibatnya, kesenjangan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, dan agama kian tajam dan keadilan kian jauh.

Sebagai solusi, dalam situasi sebagaimana tersebut di atas, NKRI memerlukan kepemimpinan bangsa yang handal dan peran aktif seluruh putra-putri bangsa Indonesia yang tentunya sesuai dengan proporsi mereka masing-masing. Bila tidak, bangsa ini akan semakin sulit dapat keluar dari krisis multidimensi dan makna kemerdekaan semakin jauh dari harapan.

Ikhtisar

- Kita memang sudah merdeka dari belenggu penjajahan, tetapi sesungguhnya kita sebagai sebuah bangsa tidak pernah MERDEKA dalam arti yang seutuhnya.

- Neo Kolonialisme Imperialisme (NEKOLIM) tidak lagi menjajah secara fisik, tetapi menjajah dengan cara SOCIAL CHANGING (perubahan sosial), yakni merubah nilai paradigma sosial budaya dan LIFE STYLE (pola dan gaya hidup) melalui propaganda pendidikan, media, budaya, dan pasar.

- Untuk memperbaiki problema yang komplek, NKRI memerlukan kepemimpinan bangsa yang handal dan peran aktif seluruh putra-putri bangsa Indonesia sesuai dengan proporsi mereka masing-masing.

- Kepemimpinan yang handal adalah kepemimpinan yang dapat dihandalkan untuk mengatasi aneka problem kompleks, yang meliputi aspek moral, intelektual dan manajerial.

No comments: